Sabtu, 4 Juni 2016. My Boss (Mr. IJ aka Menhub aka Pak Jonan) diminta untuk memberikan pengarahan pada Rapim PT. Pelni yang dilaksanakan di Novotel Hotel, Bogor. Dan gw diminta untuk operate presentasi dan video yang akan beliau putar pada acara itu. Di malam sebelumnya, terjadi percakapan sama boss gw :
Boss : besok kamu ke Bogor naik apa?
Gw : naik taxi pak (bingung juga mau naik apa)
Boss : hah? Nnti sy jemput aja...
Gw : hah? Ga usah pak (asisten macam apa ini dijemput sm boss nya, hahaha...) Saya ke kediaman Bapak saja
Boss : kalo nggak tunggu di Wican aja, nanti saya jemput.
Gw : oh, siap pak. Saya tunggu di Wican.
-Kerja yg enak tuh ga selalu ttg kerjaannya. Boss yg baik pun anugerah tersendiri-
Dan akhirnya jam 7 pagi gw udh nongkrong cantik di Wican (rumah dinas Boss) karena janjian jam 7.15 berangkat dari Wican karena acara mulai jam 8. Tunggu punya tunggu, akhirnya tibalah Pak Boss jam 8 di Wican >.< Yaaa... Sebagai anak buah dan penumpang, aku bisa apaaa??? (#lebay)
Akhirnya kita langsung cuzz ke lokasi acara di Bogor. Deritanya semobil sama boss ya, ga bisa tidur, ga bisa bermacam gaya, ga bisa nyanyi2 (bisa kejang boss gw kl gw nyanyi2 di mobilnya, hahaha...). Tapi yowes diterima aja kenyataan ini...
Kebanyakan intro nih kayanya, hahaha...
Setiba di tempat acara, gw langsung bersiap di posisi operator, Pak Boss di-holding dulu di tempat terpisah.
Acara dimulai, setelah pembukaan dari Dirut PT. Pelni sebagai penyelenggara, saatnya Pak IJ memberikan pengarahan. Salah satu issue yang sedang membahana di PT. Pelni katanya ttg Pro Hire dimana mereka (pegawai karir) ga bisa menerima hadirnya pro hire karena maunya mereka yang naik kalau ada posisi kosong.
Pak Boss mengajukan pertanyaan ke Dirut Pelni
Boss : Pak Dirut, Anda punya asisten?
Dirut Pelni : Punya pak...
Boss : Anakmu bukan?
Dirut Pelni : Bukan pak...
Boss : Kamu kenal sama anakmu dan kenal sama asistenmu lamaan mana?
Dirut Pelni : Lebih lama kenal anak saya pak...
Boss : Kalau lebih kenal anakmu, kenapa bukan anakmu kamu jadikan asisten?
Dirut Pelni : Ya nggak lah pak (macam-macam alasan)
Boss : Nah... Itu...
Boss : Coba sekarang, siapa yang sudah menikah?
(sebagian besar angkat tangan)
Boss : Siapa yang menikah dengan teman sekampungnya?
(ga ada yang angkat tangan)
Boss : Kenapa ga menikah sama teman sekampung? Kan sudah kenal lama...
(semua senyum-senyum)
Dari kedua ilustrasi diatas, gw mengambil kesimpulan, seberapa lama kamu mengenal seseorang tidak menentukan kamu akan pilih dia untuk suatu posisi (seperti contoh sbg asisten atau pasangan hidup). Walau Pak Dirut lebih kenal lama sama anaknya, tapi dia pilih orang lain sebagai asistennya. Kenapa? Mungkin karena lebih cocok, lebih kompeten, dll. Cari orang yang bisa atau yang cocok, daripada harus mengajari anaknya lagi menjadi asisten, kelamaan.
Atau kita mau nyari calon pasangan, apa iya maunya yang sudah kenal lama (teman dari kecil), ga mungkin dari kecil kita bina, kita maintain untuk jadi pasangan hidup kita nantinya. Kebanyakan nyari yang sudah ada, yang kenal saat sudah dewasa, yang cocok dengan kondisi kita saat ini.
"Satu hal dalam hidup yang tidak bisa menunggu adalah perubahan zaman."
Dalam sebuah organisasi, jika hanya mengandalkan SDM dari dalam, cenderung tidak bisa mengikuti dinamika bisnis yang bergerak cepat karena sering kali SDM karir belum mempunyai kompetensi yang cukup untuk suatu posisi. Mau menunggu sampai dia bisa? Seringkali ini membuat organisasi tergilas oleh perubahan zaman. Tentu saja Organisasi mempunyai kewajiban untuk mengembangkan kemampuan SDM-nya. Namun kadang kala kebutuhan personil tidak tersedia atau tidak ada yang cocok dari internal organisasi tersebut.
Namun pelaksanaan pro hire ini harus dilakukan secara fair, tetap memberikan kesempatan kepada SDM karir. Untuk mengisi posisi tertentu, harus dilakukan asesmen yang terbuka yang diikuti oleh SDM karir (internal) maupun eksternal. Dari asesmen oleh lembaga independen, akan dilihat yang kompeten untuk suatu posisi tertentu. Jika SDM internal unggul, sangat baik ybs naik mengisi jabatan tersebut. Jika dari external lebih unggul, SDM internal harus menyadari dan menerima bahwa SDM external yang layak mengisi posisi tersebut.
Hal tersebut berbalik lagi kepada Manajemen, bagaimana membina pegawai, mengkomunikasikan visi misi dan menjalankan program secara fair, merangkul semua karyawan dan bersikap fair terhadap semua karyawan.
Sebagai penutup, Pak IJ menyatakan pesan berikut :
"Maju atau tidaknya Pelni, tergantung pada kalian semua, bukan tergantung pada Kemenhub atau apapun. Mau dapat subsidi atau nggak, semua tetap tergantung pada kalian semua. Kalau tidak dapat subsidi ya cari cara lain, bisa dengan pengembangan kapal cruise, atau angkutan penumpang per-region, dll. Jangan menganggap kalian itu tidak ada pesaing. Saingan kalian itu ya bisa jadi airline, kereta api, bus, dst. Jadi harus kreatif."
Pak IJ juga memutarkan beberapa video pengembangan bandara di Indonesia untuk membuka pandangan mereka tentang kompetitor mereka (padahal awalnya minta diputar video pelabuhan, sampai lokasi ga ada satu pun video pelabuhan yang diputar, malah video bandara yang diputar - operator rempong)
Acara selesai, Pak IJ press conf sebentar kemudian pulaaannnggg... ;)
_Sekian_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar